Senin, 23 Desember 2019

UJI KUALITAS AIR MINUM ISI ULANG DENGAN METODE MPN


LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


PRAKTIKUM
UJI KUALITAS AIR MINUM ISI ULANG
DENGAN METODE MPN

Disusun oleh:
KELOMPOK 4
Yogi Septian Hamdani             135180263
Fitri Ayu Nandasari                 135180296
Elliza Yuliani Karinda             135180297
Maya Bella Savira                   135180299
Mawadah Iga Salsabila           135180300
Nanda Nur Erlyani                  135180301
Sinta Miyah Firanda Sari        135180302

LABORATORIUM MIKROBIOLGI
AKADEMI FARMASI SURABAYA
2019


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
            Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 907 (2002), pengertian air minum ialah air yang melalui proses pengolahan ataupun tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung dikonsumsi. Di Indonesia, sumber air minum yang digunakan di rumah tangga biasanya bersumber dari air kemasan, air isi ulang, air PDAM, sumur bor/atau pompa, mata air (baik terlindung maupun tidak terlindung), penampungan air hujan, dan air sungai atau irigasi (Kemenkes RI, 2013). Tingginya kebutuhan air minum bagi masyarakat terutama di daerah perkotaan mendorong berdirinya industri-industri Air Minum Isi Ulang (AMIU) dan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) (Depkes RI, 2010). AMIU sampai saat ini masih sering menjadi pilihan umum oleh masyarakat dari berbagai kalangan karena harganya yang lebih murah daripada AMDK.
            Tidak semua produk AMIU yang dijual oleh pemiliknya memiliki kualitas layak untuk dikonsumsi. Konsumen biasanya beranggapan bahwa AMIU sudah bersih dan bebas dari kuman penyebab penyakit sehingga saat membeli AMIU kemudian langsung dikonsumsi tanpa direbus terlebih dahulu. Ada beberapa penyebab AMIU bisa terkontaminasi oleh bakteri, diantaranya sumber air baku yang tidak bersih, wadah tempat distribusi seperti galon yang tidak memenuhi standar hygiene dan sanitasi depot AMIU, serta cara filtrasi dan desinfektan yang kurang baik (Pitoyo, 2005). Ada beberapa cara atau jalur penularan penyakit dengan perantara air yaitu water borne disease, water based disease dan water washed disease. Pada water borne disease, penyakit di tularkan ke manusia karena adanya pencemaran dari mikroorganisme ataupun suatu zat yang ada pada air. Kontaminasi pada manusia dapat melalui kegiatan mandi, mencuci, proses penyiapan makanan, ataupun meminum dan memakan makanan yang telah terkontaminasi (Triyono, 2014). Sedangkan pada water washed disease, merupakan penyakit yang dapat kita hindari dengan cara mencuci tangan dengan bersih menggunakan sabun dan dengan air yang mengalir dan penyiapan makanan yang hygiene (Dewi, 2012).
            Coliform merupakan kelompok bakteri gram negatif yang apabila ditemukan didalam minuman atau makanan menunjukkan adanya mikroba bersifat enteropatogenik dan atau toksigenik yang berbahaya bagi tubuh. Escherichia coli adalah jenis bakteri Coliform tinja yang biasanya dapat ditemukan di usus manusia. Escherichia coli dalam air berasal dari pencemaran atau kontaminasi dari kotoran hewan ataupun manusia sehingga dapat menyebabkan diare. Adanya Escherichia coli pada air menandakan bahwa air tersebut tidak layak dikonsumsi (CDC, 2012). Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang AMIU untuk mengetahui AMIU yang layak dan tidak layak konsumsi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pernyataan di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
          1.      Apakah terdapat kontaminasi bakteri Coliform dan Escherichia coli pada sampel Depot Air                 Minum Isi Ulang (DAMIU).
1.3 Tujuan 
          1.      Mengidentifikasi ada atau tidaknya kontaminasi bakteri Coliform pada air minum isi ulang                  dikawasan Ketintang Barat.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Air merupakan materi esensial yang diperlukan bagi kehidupan makhluk hidup untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Secara umum fungsi air dalam tubuh setiap organisme adalah untuk melarutkan senyawa organik, menstabilkan suhu tubuh dan melangsungkan berbagai reaksi kimia tingkat seluler (Campbell, 2010). Air bersih merupakan air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak dengan benar (Permenkes RI, 1990).
Air minum yang layak dan aman untuk dikonsumsi harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu. Kualitas air minum yang layak dan aman bagi kesehatan harus memenuhi kriteria fisik, kimia, dan mikrobiologi (Permenkes RI, 2010).Pada uji fisik, air yang baik yaitu air yang tidak berwarna, jernih, tidak keruh, tidak berbau, rasanya tawar, dan suhunya normal ±25o C. Air yang berwarna kemungkinan besar mengandung bahan-bahan yang berpotensi besar dapat membahayakan tubuh. Air yang berwarna biasanya karena adanya kandungan zat tanin dan asam humat, sehingga apabila terbentuk bersamaan dengan klor maka dapat membentuk suatu senyawa kloroform yang bersifat racun dan jika dikonsumsi dapat berdampak buruk terhadap kesehatan tubuh. Air yang kualitasnya baik juga memiliki ciri tidak berbau. Air yang berbau busuk berarti mengandung bahan-bahan organik yang sedang mengalami penguraian oleh mikroorganisme air, misalnya bakteri. Air yang rasanya manis, asam, pahit ataupun asam menunjukkan bahwa air tersebut tidak layak untuk dikonsumsi. Adanya asam organik maupun asam anorganik dapat menyebabkan air terasa asam, sedangkan adanya garam-garam tertentu dapat menyebabkan air terasa asin. Warna air yang seperti berlumpur dan terlihat keruh disebabkan oleh karena adanya suatu partikel zat yang tersuspensi. Zat suspensi organik yang ada di dalam air menjadi sumber makanan dan tempat yang mendukung untuk pembiakan bakteri. Sedangkan, zat suspensi anorganik dapat berasal dari lapukan tanaman atau hewan, dan limbah-limbah hasil industri. Pada uji kimia, air yang baik yaitu air yang memiliki pH netral, tidak mengandung bahan kimia beracun, tidak mengandung ion-ion logam, dan memiliki kesadahan rendah. Indeks pencemaran air dapat diketahui dengan melihat angka pH keasaman atau kebasaan suatu air tersebut. Angka indeks yang umumnya digunakan yaitu 0 hingga 14. Bersifat netral apabila pH 7, pH ≥7 bersifat basa dan pH ≤7 bersifat asam. Air yang memiliki kualitas baik yaitu air yang tidak mengandung bahan-bahan kimia beracun misalnya seperti sianida sulfida, fenolik dan berbagai bahan kimia lainnya. Air yang baik juga sebaiknya tidak mengandung garam-garam atau ion-ion logam, seperti besi (Fe), nitrat (NO3), klorida, sianida, dan seng (Zn).
Coliform merupakan kelompok bakteri gram negatif famili Enterobacteriaceae dengan ciri-ciri berbentuk batang dan tidak membentuk spora. Bakteri coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik lain. Bakteri Coliform yang ada didalam makanan atau minuman menunjukkan kemungkinan adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik dan atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan. Bakteri Coliform pada air dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu :
1. Coliform fekal
Kelompok Coliform fekal yaitu Escherichia coli. Adanya bakteri ini didalam air menunjukkan bahwa air tersebut terkontaminasi feses manusia.
2. Coliform non-fekal
Kelompok Coliform nonfekal yaitu Enterobacter aerogenes. Bakteri ini ditemukan pada hewan atau tanaman yang telah mati (Irianto, 2014).
Klebsiella merupakan bakteri jenis Coliform yang memiliki sifat seperti E. coli, tetapi lebih banyak didapatkan di dalam habitat tanah dan air daripada di dalam usus, sehingga disebut Coliform non-fekal dan umumnya tidak bersifat patogen (Suriawiria U, 2008).
Bakteri Coliform lain yang juga sering dianalisis untuk mengetahui kualitas air adalah Clostridium perfringens yang merupakan bakteri bersifat gram positif berbentuk batang dan dapat membentuk spora. Ditemukannya Clostridium perfringens pada air menunjukkan adanya kontaminasi oleh fesesdan pencemaran tersebut telah terjadi dalam waktu yang agak lama.
Uji Most Probable Number (MPN) Uji Most Probable Number merupakan suatu metode untuk mengetahuijumlah total bakteri Coliform di dalam air. Uji MPN dapat ditemukan adanya bakteri Coliform, bakteri gram negatif, dan bakteri basil non spora yang mekanismenya memfermentasi laktosa dengan cara di inkubasi dengan suhu 37oC selama 24 jam (Capuccino & Sherman, 2012). Pada uji MPN dilakukan tiga pemeriksaan yaitu uji penduga (Presumtive Test), uji penegas (Confirmed Test) dan uji pelengkap (Completed Test).
Ø  Kelebihan metode MPN :
1. Efektif untuk menghitung jumlah Coliform fekal
2. Sederhana
3. Hasil uji bisa dibandingkan dengan SPC (Fardiaz S, 2011).
4. Organisme spesifik dapat ditentukan dengan media selektif dan diferensial

Ø  Kekurangan metode MPN :
1. Butuh banyak media dan perlengkapan
2. Perlu waktu beberapa hari untuk mendapat hasil kultur yang baik
3. Jumlah bakteri yang dihitung hanya dalam jumlah kasar
4. Tidak dapat dilakukan di lapangan tempat pengambilan sampel, sehingga butuh angkutan tertentu untuk meminimalisir perubahan pada sampel yang diambil
Ø  Pada metode MPN terdapat tiga macam ragam yaitu:
1. Ragam I: 5x10 ml, 1x1 ml, dan 1x0,1 ml yaitu untuk spesimen yang sudah diolah atau angka kumannya diperkirakan rendah.
2. Ragam II: 5x10 ml, 5x1 ml, dan 5x0,1 ml yaitu untuk spesimen yang belum diolah atau yang angka kumannya diperkirakan tinggi.
3. Ragam III: 3x10 ml, 3x1 ml, dan 3x 0,1 ml yaitu ragam alternatif untuk ragam II, apabila jumlah tabung dan media terbatas.


BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat
            Percobaan ini dilakukan pada mata kuliah Praktikum Mikrobiologi di Laboratorium Mikrobiologi Akademi Farmasi Surabaya yang teletak dijalan Ketintang Madya No. 81 Surabaya pada hari Senin tanggal 16 Desember 2019.
3.2  Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum uji  kualitas air dengan menggunakan metode MPN adalah :
3.2.1  Alat

1.      Pipet ukur
2.      Mikropipet
3.      Rak tabung
4.      Tabung reaksi
5.      Gelas ukur 10 ml
6.      Tabung durham
7.      Bunsen
8.      Alkohol 70%
9.      Korek api
10.  Spiritus
11.  Label
12.  Inkubator


3.2.2        Bahan
1.      Air isi ulang daerah Ketintang Barat

2.      Media Natrium Broth (NB)   
3.      Media Laktose Broth (LB)
4.      Media Brilliant Green Lactase Bilebroth (BGLB)
5.      Media Eosin Methylen Blue Agar (EMBA)


3.3 Pembuatan Media Uji MPN
           A.    Membuat Media NB
1.      Timbang NB sebanyak 0,24 gram, masukkan kedalam erlenmeyer

2.      Lalu dilarutkan dengan aquadest sebanyak 30 ml
3.      Aduk ad homogen
4.      Sterilkan media dengan autoclave
5.      Dipipet menggunakan pipet ukur 9 mL, masukkan kedalam tabung reaksi
6.      Isi ke 3 tabung dengan 9 mL media NB
7.      Beri label pada masing-masing tabung NB 101,  NB 102,  NB 103


           B.    Membuat Media LB

1.      Menyiapkan 9 tabung reaksi yang berisi 1 tabung durham dalam posisi terbalik pada masing-maisng tabung reaksi. Tabung dalam kondisi steril.
2.      Timbang Media LB sebanyak 1,3 gram lalu dimasukan pada  dalam elemenyer
3.      Larutkan dengan aquadest sebanyak 100 ml ad larut, sterilkan media dengan autoclave
4.      Di pipet media dalam elemenyer sebanyak 9 ml pada masing-masing tabung reaksi, lakukan secara aseptis
5.      Beri label pada masing-masing seri tabung LB 101,  LB 102,  LB 103
6.      Masing masing seri terdiri dari 3 tabung
7.      Di inkubasi selama 24 jam

          C.     Membuat Media BGLB
1.      Menyiapkan 9 tabung reaksi yang berisi 1 tabung durham dalam posisi terbalik pada masing-maisng tabung reaksi. Tabung dalam kondisi steril.
2.      Ditimbang media BGLB Sebanyak 4 gram, dilarutkan dengan aquadest  sebanyak 100 ml dalam erlenmeyer, aduk ad homogen.
3.      Sterilkan media dengan autoclave
4.      Di pipet media sebanyak 9 ml pada masing-masing tabung reaksi, lakukan secara aseptis
5.      Beri label pada masing-masing seri tabung BGLB 101, BGLB 102,  BGLB 103
6.      Masing masing seri terdiri dari 3 tabung
7.      Di inkubasi selama 24 jam

          D.    Membuat Media EMB agar
1.      Menyiapkan 9 cawan petri steril
2.      Ditimbang media EMB sebanyak 4.5 gram dilarutkan dengan aquadest sebanyak 135 ml aduk ad homogen
3.      Di panaskan  diatas kompor listrik sambil diaduk, sampai  larutan bening atau hamper mendidih. Setelah mendidih tutup erlenmeyer dengan sumbat.
4.      Sterilkan media dengan autoclave suhu 121oC selama 20 menit
5.      Dipipet larutan EMBA sebanyak 15 ml, masukan dalam cawan petri
6.      Dibiarkan memadat dan di inkubasi selama 24 jam
7.      Beri label pada masing-masing seri tabung EMBA 101,  EMBA 102,  EMBA 103
8.      Masing masing seri terdiri dari 3 cawan

3.4 Uji MPN
A.    Larutan Induk
1.      Dipipet sampel air isi ulang sebanyak 1 ml dimasukan pada tabung NB 101
2.      Dipipet 1 ml dari tabung NB 101 ,  dimasukan pada tabung NB 102
3.      Dipipet sebanyak 1 ml dari tabung NB 102 ,  dimasukan pada tabung NB 103
4.      Di inkubasi selama 24 jam

B.     Uji Praduga
1.      Dipipet larutan NB 101  sebanyak 1 ml dimasukan pada masing-masing tabung LB seri 101 (3 tabung @ 1 ml), kocok tabung agar larutan bercampur dengan sampel dan masuk kedalam tabung durham
2.      Dipipet larutan NB 102  sebanyak 1 ml dimasukan pada masing-masing tabung LB seri 102 (3 tabung @ 1 ml), kocok tabung agar larutan bercampur dengan sampel dan masuk kedalam tabung durham
3.      Dipipet larutan dari NB 103  sebanyak 1 ml dimasukan pada masing-masing tabung LB seri 103 (3 tabung @ 1 ml), kocok tabung agar larutan bercampur dengan sampel dan masuk kedalam tabung durham
4.      Di inkubasi selama 24 jam, diamati adanya gelembung pada masing masing seri tabung dalam tabung durham

C.    Uji Penegas
1.      Dipipet larutan LB 101  sebanyak 1 ml dimasukan pada masing-masing tabung BGLB seri 101 (3 tabung @ 1 ml), kocok tabung agar larutan bercampur dengan sampel dan masuk kedalam tabung durham
2.      Dipipet larutan LB 102  sebanyak 1 ml dimasukan pada masing-masing tabung BGLB seri 102 (3 tabung @ 1 ml), kocok tabung agar larutan bercampur dengan sampel dan masuk kedalam tabung durham
3.      Dipipet larutan LB 103  sebanyak 1 ml dimasukan pada masing-masing tabung BGLB seri 103 (3 tabung @ 1 ml), kocok tabung agar larutan bercampur dengan sampel dan masuk kedalam tabung durham
4.      Di inkubasi selama 24 jam, diamati adanya gelembung pada masing masing seri tabung dalam tabung durham

D.    Uji Penegas
1.      Dipipet larutan BGLB 101  sebanyak 0.1 ml dimasukan pada masing-masing cawan media EMBA seri 101 (3 tabung @ 1 ml), kocok tabung agar larutan bercampur dengan sampel dan masuk kedalam tabung durham
2.      Dipipet larutan BGLB 102  sebanyak 0.1 ml dimasukan pada masing-masing cawan media EMBA seri 102 (3 tabung @ 1 ml), kocok tabung agar larutan bercampur dengan sampel dan masuk kedalam tabung durham
3.      Dipipet larutan BGLB 103  sebanyak 0.1 ml dimasukan pada masing-masing cawan media EMBA seri 103 (3 tabung @ 1 ml), kocok tabung agar larutan bercampur dengan sampel dan masuk kedalam tabung durham
4.      Di inkubasi selama 24 jam, diamati adanya gelembung pada masing masing seri tabung dalam tabung durham

E.     Uji Penguat
1.      Diambil larutan dari BGLB 101, kemudian di masukkan kedalam cawan media EMBA seri 101 (3 cawan EMBA)  dengan cara streak sinambung menggunakan kawat ose
2.      Diambil larutan dari BGLB 102, kemudian di masukkan kedalam cawan media EMBA seri 102 (3 cawan EMBA)  dengan cara streak sinambung menggunakan kawat ose
3.      Diambil larutan dari BGLB 103, kemudian di masukkan kedalam cawan media EMBA seri 103 (3 cawan EMBA)  dengan cara streak sinambung menggunakan kawat ose
4.      Di inkubasi selama 24 jam, diamati adanya gelembung pada masing masing seri tabung dalam tabung durham
5.      Di inkubasi selama 24 jam, diamati pertumbuhan koloni dan warna yang terbentuk dari koloni tersebut





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Praktikum
Pengujian kualitas air isi ulang dilakukan dengan metode MPN (Most Probable Number), sampel air isi ulang diambil dari depot isi ulang dikawasan Ketintang Barat. Pengujian dilakukan dengan 3 tahapan, yaitu uji pendugaan, uji penegasan dan uji penguat.
a. Uji Praduga
Uji praduga digunakan untuk mengetahui ada tidaknya bakteri Coliform dalam air isi ulang. Sampel difermentasikan pada media media LB (Lactose Broth) masing-masing sebanyak 10 mL (LB I), 1 mL (LB II) dan 0.1 mL (LB III). 
Jumlah Tabung Positif
MPN/mL
Keterangan
LB I
LB II
LB III
3


3
3
>1100
Positif Coliform

Hasil positif menunjukkan adanya gelembung gas yang dihasilkan pada tabung durham. Gelembung gas dihasilkan dari aktifitas bakteri koliform yang memfermentasikan laktosa sebagai sumber karbohidratnya dan menghasilkan gas sebagai produk Menurut Nuria dkk (2009), tabung durham berfungsi untuk menangkap gas hasil fermentasi laktosa agar dapat diamati.  Semua sampel menunjukkan hasil yang positif, berarti semua sampel mengandung Coliform. Jumlah bakteri Coliform dari ketiga tabung LB yaitu > 1100 MPN/mL.

b. Uji Penegasan
Tabung yang menunjukkan hasil positif diuji lebih lanjut dengan uji penegasan menggunakan media selektif Brilliant Green Lactose Bilebroth (BGLB). Uji ini dilakukan untuk membuktikan adanya bakteri koliform fecal pada sampel air, dengan cara membedakan adanya gelembung atau tidak adanya gelembung.
Jumlah Tabung Positif
MPN/mL
Keterangan
BGLB I
BGLB II
BGLB III
3
3
3
>1100
Positif Coliform fecal

Gelembung udara yang dihasilkan pada tabung durham disebabkan oleh adanya aktivitas respirasi mikroorganisme, yang berupa berupa gelembung gas (Nuria dkk 2009). Tabung dinyatakan positif  bila di dalam tabung durham terbentuk gas dan dinyatakaan negatif apabila tidak adanya gelembung. Dari hasil uji penegasan didapatkan bahwa sampel positif mengandung bakteri Coliform fecal. Jumlah bakteri Coliform dari ketiga seri tabung BGLB yaitu > 1100 MPN/mL.

c. Uji Penguat
Uji penguat untuk mengetahui jenis dari Coliform fecal atau non fecal. Untuk mengetahui perbedaan tersebut maka tabung yang dinyatakan positif pada uji penegas diinokulasi secara streak pada media EMBA (Eosin Methylen Blue Agar), kemudian media diinokulasi selama 24-48 jam.   Uji ini menunjukkan terdapat Coliform fecal apabila pada cawan petri ditemukan koloni yang berwarna hijau metalik, dan koloni warna pink pada media menunjukkan Coliform non fecal.  Menurut Brooks (2008) bila dalam biakan media EMBA terdapat bakteri Escherichia coli maka asam yang dihasilkan dari fermentasi akan menghasilkan warna koloni yang spesifik untuk bakteri Escherichia coli yaitu koloni yang berwarna hijau dengan kilap logam. Hasil pengamatan diketahui bahwa karakeristik koloni pada sampel berwarna pink dan ungu diduga merupakan koloni Coliform non fecal.

d. Pengamatan Makrokopis
            Diamati pada media EMBA yang membentuk koloni berwarna pink dan ungu. Hasil pengamatan secara makroskopis sebagai berikut:
Media EMBA
Hasil Pengamatan Makroskopis
Hasil Pewarnaan Gram
EMBA seri II 102
Warna    : Pink / merah muda
Bentuk   : Circular
Ukuran  : Moderate
Elevasi  : Flat
Margin  : Entire
Warna gram : Pink / merah muda
Gram            : Negatif
Bentuk          : Cocus
EMBA seri II 103
Warna    : Ungu
Bentuk   : Circular
Ukuran  : Moderate
Elevasi  : Flat
Margin  : Entire
Warna gram : Ungu
Gram            : Positif
Bentuk          : Cocus


4.2 Pembahasan
Hasil pengujian dari sampel air minum isi ulang menunjukkan bahwa sampel mengandung bakteri pencemar. Menurut BPOM (2008) batas ambang mikroba coliform dalam air minum kemasan adalah 0 koloni/100 mL. Berdasarkan hasil kandungan bakteri Coliform pada air isi ulang  melebihi 2 koloni/100 mL sehingga dikatagorikan bahwa keempat sampel air minum isi ulang tersebut tidak layak konsumsi. Keberadaan Coliform dalam sampel mengindikasikan bahwa adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik dan atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan. Bakteri Coliform merupakan bakteri indikator sanitasi, yang keberadaannya dalam pangan menunjukkan bahwa air atau makanan tersebut pernah tercemar oleh feses manusia karena bakteri ini lazimnya pada usus manusia (Widiyanti & Ristiati 2004). Bakteri Coliform adalah golongan campuran bakteri fekal dan bakteri non fekal. Hasil uji penegasan menunjukkan bahwa bakteri Colifom yang terkandung dalam sampel adalah Coliform non fekal. Pada kelompok koliform non-fekal diantaranya. Enterobacter aerogenes. Bakteri ini biasanya ditemukan pada hewan atau tanaman-tanaman yang telah mati. Golongan Enterobacter, seperti Streptococcus faecalis dan S. faecium merupakan flora alami dalam saluran pencernaan. Golongan ini tidak banyak digunakan untuk indicator kontaminasi fekal, tetapi lebih dikaitkan pada tingkat sanitasi proses produksi yang buruk. Sedangkan keberadaan kelompok Staphylococci seperti Staphylococcus aureus dalam makanan bisa berasal dari kulit, mulut maupun rongga hidung tenaga pengolah atau produksi yang merupakan indikator dari kondisi sanitasi yang tidak memadai (Badan POM, 2008).
Menurut Nuria dkk (2009), adanya kontaminasi mikroba pada air minum isi ulang dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, antara lain (1) Lamanya waktu penyimpanan air dalam tempat penampungan sehingga mempengaruhi kualitas sumber air baku yang digunakan; (2) Adanya kontaminasi selama memasukkan air ke dalam tangki pengangkutan; (3) Tempat penampungan kurang bersih; (4) Proses pengolahan yang kurang optimal; (5) Kebersihan lingkungan; (6) Adanya kontaminasi dari galon yang tidak disterilisasi. Permasalahan ini perlu ditanggulangi dengan cara meminimalisir kemungkinan kontaminasi bakteri. Proses pengolahan air minum dilakukan dengan memperhatikan air baku, kebersihan operator, penanganan terhadap wadah pembeli dan kondisi depot. Operator menjaga kebersihan diri sendiri untuk mengurangi kontaminsasi dengan mencuci tangan sebelum menangani wadah konsumen. Sterilisasi wadah konsumen dilakukan dengan cara pencucian menggunakan deterjen khusus yang disebut dengan tara pangan (food grade) dan dibilas dengan air bersih suhu 60-850C. Depot menyediakan tisu beralkohol untuk membersihkan mulut galon untuk mengurangi tingkat kontaminasi bakteri dari luar



BAB V
KESIMPULAN

Dari hasil praktikum pengujian kualitas air isi ulang dengan metode MPN (Most Probable Number), dapat diambil kesimpulan bahwa pada uji praduga sampel positif mangandung coliform, pada uji penegasan didapat pula hasil positif sampel mengandung coliform fecal. Lalu untuk uji penguat, pada uji penegas diinokulasi secara streak pada media EMBA (Eosin Methylen Blue Agar). Hasil pengamatan diketahui bahwa karakeristik koloni pada sampel berwarna pink dan ungu diduga merupakan koloni Coliform non fecal. Dari hasil tersebut dapat dikatakan air isi ulang yang digunakan sebagai sampel tidak layak dikonsumsi karena air isi ulang tersebut mengandung coliform melebihi 2 koloni/100 mL.
  


BAB  VI
DAFTAR PUSTAKA


·         Bambang AG., Fatimawali N., Kojong. 2014. Analisis Cemaran Bakteri Coliform dan Identifikasi Escherichia coli Pada Air Isi Ulang Dari Depot di Kota Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi 3. Manado: Universitas Sam Ratulangi.
·         Kharismajaya, Theo. 2013. Pengawasan Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten Banyumas Terhadap Kualitas Air Minum Usaha Depot Air Minum Isi Ulang.
·         Sunarti, R. N. 2016. UJI KUALITAS AIR MINUM ISI ULANG DISEKITAR KAMPUS UIN RADEN FATAH PALEMBANG. Jurnal Bioilmi Vol. 2 No. 1. Palembang: UIN Raden Fatah Palembang
·         Nugraheni, I. A. 2016. DETEKSI KEBERADAAN BAKTERI COLIFORM PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DI LINGKAR KAMPUS TERPADU UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA. Jurnal Ilmiah Sains dan Teknologi, Vol. 9 No.2. Yogyakarta: Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.