Sabtu, 26 Oktober 2019

PENGAMATAN JAMUR


LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI



PENGAMATAN JAMUR

Disusun Oleh :
KELOMPOK 4
Kelas :
A4-18

                                 Yogi Septian Hamdani                   1351810263
                                 Fitri Ayu Nandasari                       1351810296
                                 Elliza Yuliani Karinda                   1351810297
                                 Maya Bella Savira                          1351810299
                                 Mawadah Iga Salsabilla                1351810300
                                 Nanda Nur Erlyani                        1351810301
                                 Sinta Miyah Firanda Sari              1351810302




LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
AKADEMI FARMASI SURABAYA
2019





BAB I
Latar Belakang


1.1 Latar Belakang
Fungi merupakan mikroba eukariotik yang mempunyai ciri-ciri spesifikasi antara lain: mempunyai inti sel, membentuk spora, tidak berklorofil, heterospora, dan dapat berkembang biak. Fungi memiliki bentuk bermacam-macam dan terdapat dimana-mana. Jamur biasanya terdapat pada roti, buah-buahan dan sayuran, selain itu tumbuh pada pakaian dan kulit.
Jamur atau cendawan mempunyai berbagai macam penampilan tergantung spesiesnya. Cendawan terdari dari kapang dan khamir, kapang bersiat filametis dan multiseluler atau bersel ganda sedangkan khamir biasanya uniseluler atau bersel tunggal. Untuk mengetahui nama genus dan spesies suatu biakan mikroorganisme, perlu dilakukan identifikasi. Untuk melakukan identifikasi harus mengetahui ciri-ciri morfologi mikroorganisme tersebut.

1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara membuat biakan jamur pada SDA (Sabouraud Dextrose Agar)?
2. Bagaimana bentuk morfologi jamur pada SDA (Sabouraud Dextrose Agar) dan biakan jamur Aspergillus Niger, Rhizopus Oryza, dan Penicillium sp yang diamati dengan metode Mikroskopik
3. Bagaimana bentuk morfologi jamur pada Tape singkong dan biakan jamur Saccharomyces yang diamati dengan metode Mikroskopik?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui cara membuat biakan jamur pada SDA (Sabouraud Dextrose Agar).
2. Mahasiswa dapat mengetahui bentuk biakan murni jamur Aspergillus Niger, Rhizopus Oryza, Saccharomyces dan Penicillium sp secara mikroskopik.
3. Mahasiswa dapat mengetahui morfologi jamur dari sampel tape singkong.

1.4 Manfaat
1. Mahasiswa mampu membuat biakan murni pada SDA (Sabouraud Dextrose Agar).
2. Mahasiswa dapat mengetahui bentuk-bentuk dari jamur yang tumbuh pada suatu sampel dan membuat biakan murni pada jamur.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Secara umum, jamur dapat didefinisikan sebagai organisme eukariotik yang mempunyai inti dan organel. Jamur tersusun dari hifa yang merupakan benang benang sel tunggal panjang, sedangkan kumpulan hifa disebut dengan miselium. Miselium merupakan massa benang yang cukup besar dibentuk dari hifa yang saling membelit pada saat jamur tumbuh. Jamur mudah dikenal dengan melihat warna miseliumnya (Volk and Wheeler, 1993).
Bagian penting tubuh jamur adalah suatu struktur berbentuk tabung menyerupai seuntai benang panjang, ada yang tidak bersekat dan ada yang bersekat. Hifa dapat tumbuh bercabang-cabang sehingga membentuk jaring-jaring, bentuk ini dinamakan miselium. Pada satu koloni jamur ada hifa yang menjalar dan ada hifa yang menegak. Biasanya hifa yang menegak ini menghasilkan alat-alat pembiak yang disebut spora, sedangkan hifa yang menjalar berfungsi untuk menyerap nutrien dari substrat dan menyangga alat-alat reproduksi. Hifa yang menjalar disebut hifa vegetatif dan hifa yang tegak disebut hifa fertil. Pertumbuhan hifa berlangsung terus-menerus di bagian apikal, sehingga panjangnya tidak dapat ditentukan secara pasti. Diameter hifa umumnya berkisar 3-30 µm. Jenis jamur yang berbeda memiliki diameter hifa yang berbeda pula dan ukuran diameter itu dapat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan (Carlile and Watkinson, 1994)
Jamur pada dasarnya bersifat heterotrof yaitu organisme yang dapat menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miselium untuk memperoleh makanannya, dan kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen. Semua zat seperti karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya diperoleh dari lingkungannya. Jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, dan saprofit (Deacon, 1997).






BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Alat  :
  1. Mikroskop
  2. Objek glass
  3. Cover glass
  4. Bunsen
  5. Kompor listrik
  6. Jarum ose
  7. Pipet tetes
  8. Beaker glass
  9. Batang pengaduk

4.2 Bahan  :
  1. Tempe
  2. Tape
  3. NaCl
  4. Aquades


4.3 Metode pembuatan media SDA
  1. Timbang SDA sebanyak 7,8g
  2. Siapkan aquadest sebanyak 150ml
  3. Masukkan SDA yang sudah ditimbang kedalam erlenmeyer dalam keadaan steril dan kerja aseptic dekat dengan api bunsen
  4. Masukkan aquadest kedalam erlenmeyer
  5. Panaskan media dengan menggunakan kompor listrik sambil diaduk
  6. Jika media sudah berubah warna menjadi bening keemasaan hentikan pemasaan lalu sterilkan media di autoclave.
  7. Setelah disterlikan, tuang media SDA pada cawaan petri.


4.4 metode pembiakan jamur
  1. Siapkan media SDA yng sudah di inkubasi selama ± 24 jam dan tidak terkontaminasi.
  2. Siapkan 1 set cawan petri (cawan petri berisi kawat, objek glass, cover glass, dan aquadest yang banyaknya tidak melebihi objek glass) yang telah disterilkan terlebih dulu sebanyak 4 set cawan petri
  3. Ambil media SDA sedikit dan letakkan pada masing masing  objek glass yang berada dalam cawan petri 1 set (total 4 set cawan petri).
  4. Ambil biakan jamur ( Aspergillus niger, Rhizopus sp, Sacharomyces sp, dan Penicillium) dan letakkan pada media SDA yang sudah berada dalam objek glass cawan petri (1 set cawan petri berisi 1 biakan jamur)
  5. Beri label pada cawan petri sesuai nama biakan yang ditanam.
  6. Inkubasi selama ± 1 minggu agar jamur tumbuh dan dapat dilakukan pengamatan terhadap bentuk masing-masing jamur.

4.3 Pengamatan Jamur Tempe  :
  1. Siapkan alat dan bahan untuk pengamatan.
  2. Tetesi objek glass dengan NaCl menggunakan pipet tetes.
  3. Ambil sedikit sampel jamur tempe dengan menggunakan jarum ose, lalu letakkan pada objek glass, beri nama pada objek glass sesuai jamur yang diamati.
  4. Tutup obyek dengan cover glass. Perhatikan supaya tidak ada gelembung udara pada saat menutup objek glass.
  5. Amati dengan menggunakan mikroskop, mulai dari perbesaran rendah sampai tinggi.
  6. Foto hasil pengamatan.


4.4 Metode Jamur Tape  :
  1. Siapkan alat dan bahan.
  2. Timbang tape sebanyak 1 gram.
  3. Ukur aquades sebanyak 50 mL.
  4. Masukkan aquades dan tape kedalam beaker glas, aduk sampai tercampur rata.
  5. Pipet campuran aquades dan tape kurang lebih 1-2 tetes, dan letakkan pada objek glass.
  6. Tutup obyek dengan cover glass. Perhatikan supaya tidak ada gelembung udara pada saat menutup objek glass.
  7. Amati dengan menggunakan mikroskop, mulai dari perbesaran rendah sampai tinggi.
  8. Foto hasil pengamatan.





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Praktikum
Data hasil praktikum mikrobiologi pengamatan jamur secara mikroskopis sebagai berikut :

A.    Pengamatan jamur pada media SDA

No.
Fungi
Hasil Pengamatan
1.
Aspergillus niger

੦2.
Rhizopus sp.
3.
Sacharomyces sp.
4.
Penicillium
Kelompok kami tidak melakukan pengamatan jmaur Penicillium karena jamur tidak tumbuuh sehingga tidak dapat melukan pengamatan.


B.     Pengamtan jmaur pada tape singkong
Pada tape terdapat jamur Sacharomyces


4.2 Pembahasan
Jamur merupakan organisme eukarotik berdinding sel dari kitin, tidak berklorofil, bersifat heterotof. Tubuh jamur tersusun dari komponen yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh jamur. Jamur dibiakkan pada media SDA yang dinkubasi selama ± 7 hari agar jamur tumbuh dengan baik dan dapat diamati bentuk nya. Pada praktikum ini mengamati morfologi dari jamur Aspergilus niger, Rhizopus sp, Sacharomyces sp, dan Penicillium.
Pada jamur Aspergilus niger mempunyai ciri-ciri umum dari jamur ini, yaitu warna konodia berwarna hitam kelam atau hitam kecoklatan dan berbentuk bulat, bersifat termofilik, tidak terganggu pertumbuhannya karena adanya peningkatan suhu. hasil pengamatan pada jamur Aspergilus niger sesuai dengan literature yaitu jamur berwarna hitam gelap yang tersebar tidak beraturan serta konodia yang berbentuk bulat.
Pada jamur Rhizopus sp menurut Synstsya dkk (2009) menyatakan bahwa morfologi Rhizopus sp mempunyai koloni abu-abu kecoklatan dengan tinggi 1 mm atau lebih. Sporangiofor tunggal atau dalam kelompok dengan dinding halus atau sedikit kasar dengan panjang lebih dari 1000mm dengan diameter 10-18 mm. pada hasil pengamatan kami menunjukkan jamur Rhizopus spberwana abu sedikit coklat sesuai dengan literature.
Pada jamur Sacharomyces sp berbentuk bulat telur dan berdekatan antara satu dengan yang lainnya. Hasil pengamatan yang didapat dari jamur Sacharomyces sp sesuai dengan teori yang berbentuk bulat dan saling berdekatan.
Pada jamur Penicillium  memiliki ciri hifa bersepta dan membentuk badan spora yang disebut konidium. Spora yang dihasilkan oleh konodium disebut konodia, sedangkan tangkainya disebut dengan kondiofor. Tempat pembentukan dan pematangan sopra disebut dengan sterigma. Jamur Penicillium  termasuk dalam genus fungi dari ordo Hypomycetes, filus Ascomycta. jamur Penicillium kami tidak melakukan pengamatan karena jamur tidak tumbuh meskipun telah diinkubasi selama ± 7 hari.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jamur adalah faktor substrat yang merupakan sumber utama nutrient bagi jamur, kelembaban dari jamur merupakan faktor  yang penting bagi pertumbuhan jamur, kelembaban yang diperlukan jamur berbeda-beda tergantung pada jenisnya, suhu lingkungan juga berperan penting dalam pertumbuhan jamur, berdasarkan suhu dapat dikelompokkan menjadi psikofil, mesofil, dan termofil, derajat keasaman substrat (pH) sangat penting karena enzim-enzim tertentu hanya akan mengurai substat sesuai dengan aktivitasnya pada pH tertentu dan senyawa senyawa kimia lingkungannya yang tidak diperlukan lagi akan dikeluarkan kelingkungan sebagai bentuk dari pengamanan terhadap organisme lain.
Pada tape singkong ditemukan jamur Sacharomyces cerevisiae, berbentuk bulat dengan berdempetam atau dekat satu sama lain.


BAB V
KESIMPULAN


 5.2 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan diatas dapat disimpulkan bahwa pengamatan jamur mendapkat hasil yang sesuai dengan literature dan percobaan ini dianggap berhasil. Namun pada biakan jamur Penicillium  tidak tumbuh, hal ini dapat disebabkan beberapa fakto antara lain kelembaban, suhu, factor substrat, pH, dan senyawa senyawa kimia dilingkungannya.





BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
·         Saputra M. Lapres 1. (Online: https://www.academia.edu/7951268/Lapres_1 ). Diakses pada tanggal 26 Oktober 2019.
·         Puspa A. 2016. Laporan Praktikum Mikrobiologi Pangan dan Pengolahan. (Online: https://www.academia.edu/32914689/LAPORAN_PRAKTIKUM_MIKROBIOLOGI_PANGAN_DAN_PENGOLAHAN ). Diakses pada tanggal 26 Oktober 2019.
·         Samuel S. 2018. Morfologi Jamur Benang. (Online : https://www.academia.edu/37844378/MORFOLOGI_JAMUR_BENANG ). Diakses pada tanggal 27 Oktober 2019.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar